Jumat, 18 Januari 2013

PENGEMBANGAN ISI KURIKULUM


BAB I
PENDAHULUAN
Manusia mempunyai tujuan terhadap masa yang akan datang, maka manusia selalu menghadapi tantangan yang semakin berat begitupun pendidikan yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai budaya dimana melalui pendidikan manusia mengenal peradapan masa lalu, turut serta dalam peradaban masa sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Pendidikan tidak pernah surut dengan persoalan, semakin besar tantangan semakin bertambah persoalan yang menuntut penyelesaian scara tepat, terarah, dan sistematis. Maka sangat pentinglah peran pengembangan kurikulum sebagai suatu kerangka sistematis dan dinamis di dalam pembelajaran, karena dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pandangan dan kecenderungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi kepentingan pokok.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemampuan memilih isi dan bahan kurikulum yang berkualitas tidak hanya akan mempengaruhi apa yang dipelajari siswa, melainkan juga bagai mana mereka mempelajarinya. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
BAB II
ISI
A.    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disedikan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikanatau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. di sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.



1.      Prinsip-Prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum (Sukmadinata, 2010 : 150) yaitu :
A.    Prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujian, isi, dan proses belajar yang tercakup pada kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas tersebut. Kurikulum bukan hanya menyiapkan anak untuk kehidupannya sekarang tetapi juga yang akan datang. Kurikulum juga harus mempunyai relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.
B.     Prinsip fleksibelitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latarbelakang dan kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
C.     Prinsip kontinuitas. Kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses belajr anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus dan tidak terhenti. Oleh karena itu, pengalaman–pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas laiinya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.  
D.    Prinsip praktis. Praktis atau juga mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
E.     Prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus sederhana ataupun murah namun keberhasilannya harus tetap diperhatikan. Keberhasilan kurikulum ini baik secara kualitas maupun kuantitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perncanaan dibidang pendidikan juga merpakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
            Kurikulum pada dasarnya berintikan empat dasar utama yaitu: tujuan pendidikan, isi, pengalaman belajar dan penilaian. Interelasi antara keempat aspek tersebut serta antara aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum.

            Menurut Tyler dalam Ali ( 2008), mengemukakan bahwa prinsip umum dalam memilih pengelaman belajar yang akan dijadikan isi kurikulum sebagai berikut:
A.    Untuk tujuan yang hendak dicapai siswa harus mempunyai pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepadanya untuk memperaktekan jenis perilaku yang dimaksudkan dalam tujuan. Dengan demikian, bila tujuan itu mengharapkan agar siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah kesehatan misalnya, maka pengalaman belajar harus memberi kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah kesehatan, serta memperaktekan pemecahan masalah kesehatan dalam situasi yang nyata.
B.     Pengalaman belajar harus memberi kepuasan kepada sisiwa melalui pelaksanaan atau penampilan perilaku sebagaimana dikehandaki dalam tujuan. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bentuk-bentuk pengalaman belajar yang menuntun siswa menggunakan cara terbaik dalam menampilkan bentuk perilaku itu. Dalam memecahkan masalah kesehatan misalnya, di samping dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan memecahkan, juga kemampuan untuk menggunakan cara terbaik dalam memecahkan masalah kesehatan itu. Ini akan memberi kepuasan dalam menampilkan bentuk perilaku sebagaimana dikehendaki dalam tujuan.
C.     Pengalaman belajar harus dalam batas kemungkinan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses memperolehnya. Ini dapat terjadi bila dalam menentukannya diperhitungkan tentang batas kemampuan siswa, baik secara psikologis maupun secara akademis.
D.    Banyak bentuk pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan tetrtentu. Pengalaman belajar ini hendaknya diseleksi sehingga dengan kriteria tertentu dapat dipilih yang dipandang paling cocok untuk dilaksanakan.
E.     Pengalaman belajar hendaknya di samping dapat diupayakan untuk mencapai suatu jenis perilaku dalam tujuan, juga secara bersamaan dapat memberi kemungkinan kepada sisiwa mengembangkan kemampuan lain.
2.      Prinsip-Prinsip Khusus
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal (Sukmadinata, 2010) :
a.       Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.
b.      Isi materi pelajaran harus menyeluruh meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
c.       Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
1.      Perguruan tinggi. Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyipan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kempendidikan). Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkan. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
2.      Masyarakat. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya.
3.      Sistem nilai. Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat bertanggung jawab juga dalam pemeliharaan dan penerusan sistem nilai-nilai. Sistem nilai yang dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. masalah utama yang dihadapi oleh pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat memiliki kelompok-kelompok etnis, kelompok vakasional, kelompok sosial dan lain-lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai yaitu:
a.       Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat.
b.      Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan moral.
c.       Guru menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.
d.      Guru menghargai nilai kelompok-kelompok lain.
e.       Memahami dan menerima keragaman kebudayaan sendiri.
C.    Prosedur Pengembangan Rancang Bangun Kurikulum
Dalam pengembangan suatu kurikulum terdapat prosedur yang harus dilewati secara sistematis. Kurikulum berisi komponen-komponen tujauan, isi atau materi, organisasi pengalaman belajar serta evaluasi. Rancang bangun kurikulum yang merupakan pola umum yang menggambarkan keberadaan substansi atau sosok kurikulum, memetakan komponen-komponen itu dalam suatu susunan tertentu. Pemetaan tersebut didasarkan atas pola pikir yang dimiliki oleh penyususn atau pengembang kurikulum.
Perumusan rancang bangun kurikulum bisa berbeda antara penyusun yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini muncul karena adanya perbedaan pola pikir yang berhubungan dengan komponen-komponen mana yang termasuk kedalam kurikulum, atau komponen-komponen mana perlu mendapatkan penekan dalam kurikulum itu.  Dalam suatu sususnan yang memungkinkan kita untuk mengkaji hubungan timbal balik antara setiap komponen.
Ranacangan bangun yang memetakan komponen-komponen kurikulum dalam susuanan timbal balik, memungkinkan kita untuk mengenali semua komponen dan kesusuaiannya satu sama lain. Disamping itu pola pemetaan semacam ini dapat memandu untuk menyusun kurikulum yang dapat memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi, seperti menciptakan program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat atau program yang berhasil guna dan berdaya guna. Rancang bangun itu dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :
                                                            Tujuan
Isi                                                                                                                           Organisasi

                                                             Evaluasi
Rancang bangun kurikulum di atas menggambarkan tentang pemetaan komponen-komponen kurikulum dalam suatu susunan timbal balik. Pada rancang bangun tersebut dapat dilihat, bahwa setiap komponen kurikulum saling berhubungan satu sama lain. Di samping itu, rancang bangun ini menempatkan tujuan pada posisi diatas, yang berati bahwa perumusan tujuan merupakan kegiatan pertama dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum. Garis vertikal yang merentang dari tujuan kebawah, menghubungkannya dengan evaluasi. Ini berati, bahwa setelah perumusan tujuan sepatutnya dirumuskan alat untuk menilai pencapaian tujauan yang sesuai. Tetapi perlu dicatat, bahwa garis vertikal tersebut mempunyai arah timbal balik, yang berati pula bahwa di samping tujuan berhubungan dengan evaluasi, juga evaluasi harus sesuai dengan tujuan.
Pada gambar di atas juga terdapat garis yang merentang dari samping, menuju kepada komponen isi atau bahan. Garis ini pun bergerak ke dua arah. Hal ini menunjukan bahwa tujuan juga berhubungan dengan isi, dan materi pelajaran yang menjadi isi kurikulum harus sesuai dengan tujuan. Garis horizontal yang menghubungkan isi dengan organisasi juga menunjukan dua arah, yang berati bahwa isi yang telah dirumuskan sesuai dengan tujuan diorganisasi sedemikan rupa, dan organisasi tersebut sesuai dengan sifat dari isi atau bahan pelajaran. Garis-garis dua arah dari dan ke masing-masing komponen menunjukan bahwa setiap komponen berhubungan satu sama lain, sehingga upaya pencapaian tujuan dapat efektif.
Persoalan yang mungkin muncul sehubungan dengan penggunaan rancang bangun di atas adalah tentang komponen mana yang menjadi tekanan utama dalam proses pengembangan kurikulum. Bentuk kurikulum yang berlaku di negara kita dapat dikategorikan kedalam kurikulum mata pelajaran, berati bahwa isi kurikulum menekankan pada pengalaman-pengalaman pembelajaran yang berkaitan dengan mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran. Namun berbeda pada pendidikan anak usia dini karena pembelajaran pada pendidikan anak usia dini memakai pembelajaran terpadu atau kurikulum terintegrasi yang disebut tematik. Dimana mereka tidak belajar mata pelajaran tertentu seperti sains, matematika, atau seni secara terpisah namun pembelajarannya secara menyeluruh karena didasarkan atas perbagai kajian keilmuan PAUD bahwa anak belajar segala sesuatu dari fenomena dan objek yang ditemui sehingga dapat memumnculkan dan mengembangkan potensi-potensi anak secara optimal sesuai dengan karakteristik serta tahapan-tahapan kematangan perkembangan anak. Pada organisasi semacam ini batasan-batasan antara mata pelajaran-mata pelajaran dihilangkan, sehingga pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum berpusat pada unit-unit kegiatan, yang mungkin akan dikaji dari sudut pandang berbagai disiplin ilmu. Dengan organisasi semacam ini, keberadaan proses belajar mengajar tidak terfokus pada mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran melainkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut hanya dijadikan sarana untuk mendekati permasalahan yang menjadi fokus kajian. Hal ini dapat memungkinkan setiap siswa memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing dan secara psikologis dapat menjadi sarana pengembangan pribadi yang utuh.
D.    Pengembangan Isi Kurikulum
Isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan para perancang kurikulum sering mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencanakan isi kurikulum yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebabnya, masyarakat senantiasa terus berubah dan berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan baru yang perlu dipecahkan. Sehingga akan mempengaruhi pada isi kurikulum, maka dari itu isi kurikulum harus selalu dikembangkan. (Hamalik, 2011).
 Menurut Tim Pengembang MKDK kurikulum dan pembelajaran UPI (2002), memaparkan bahwa materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Materi kurikulum berupa bahan pelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.
2.      Mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.
3.      Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun kreativitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Sukiyadi, Nurhasanah, & Al Rasjid, 2006).
Menurut Hamalik (2011) isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata pelajaran. Pemilihan isi menekankan pada pendekatan mata pelajaran (pengetahuan) atau pendekatan proses (keterampilan).
Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa scara optimal sesuai dengan tuntutatan dan tantangan perkembangan masyarakat. Pengembangan isi kurikulum berupa bahan-bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa harus memerlukan dasar pertimbangan yang teliti. Hal yang paling utama adalah sekolah sebagai lembaga yang akan mengantarkan siswa menuju kearah kematangan dalam arti luas. Kematangan ini mencakup berbagai segi, baik kematangan fisik, kematangan kognitif, kematangan mental maupun kematangan sosial.
Kematangan fisik pada umumnya ditandai oleh kematangan dalam segi biologis, hal ini dapat dicapai bila individu telah memasuki usia tetrtentu. Berbeda halnya dengan kematangan kognitif, mental dan sosial. Ketiga jenis kematangan ini tidak dapat dicapai begitu saja tanpa melalui bimbingan yang berati. Karena kematangan kognitif menunjukan kepada kematangan intelektual, pola berpikir dan pengambilan keputusan individu, lalu kematangan mental menunjukan kepada kematangan emosional, dan tercapainya perwujudan pribadi secara integral. Sedangkan kematangan sosial ditandai oleh adanya kemampuan untuk hidup secara mandiri.
Mengantarkan siswa menujun jenjang tersebut yang menjadi tugas sekolah sungguh merupakan tugas yang berat. Karena untuk mencapai tujuan tersebut individu perlu memperoleh bekal-bekal pengalaman belajar yang berati. Sedangkan kita ketahui, akibat kemajuan dalam berbagai cabang kehidupan, menyebabkan berkembangnya tuntutan-tuntutan hidup. Hal ini dapat membingungkan para perencana atau pengembang kurikulum, dalam menentukan jenis pengalaman belajar apa yang diperkirakan berate bagi kemandirian siswa setelah menyelesaikan pendidikan.
Apabila lama waktu pendidikan cukup memadai untuk memberikan bekal-bekal pengalaman belajar kepad sisiwa, masalah yang dihadapi tidak sebesar itu. Namun kenyataan yang dihadapi menunjakan betapa banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan, sedangkan waktu yang tesedia tidak memadai. Oleh karenanya perlu dilakukan seleksi tentang isi kurikulum, sehingga proses pendidikan di sekolah dapat mencapai sasaran. Menurut Ali (2008 : 95), seleksi kurikulum perlu dilakukan oleh sebab beberapa alasan yaitu:
1.      Apa yang harus dimasukan sebagai isi kurikulum memerlukan berbagai pertimbangan dan kriteria, sehingga isi kurikulum memadai bagi anak didik sebagai bekal dalam kehidupannya.
2.      Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, sehingga untuk menyampaikan semua bentuk ilmu pengetahuan kepada siswa dalam waktu sekolah yang sangat terbatas, merupakan sesuatu yang tidak mungkin.
Atas dasar itu, pertanyaan yang dapat diajukan dalam menentukan isi kurikulum adalah apa yang menjadi prioritas untuk dijadikan pengalaman belajar siswa disekolah tentang hal ini, perlu dikembangkan kriteria yang rasional untuk memilih dan mengembangkan bentuk-bentuk pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum.
E.     Kriteria Menetukan  Isi Kurikulum  Yang Akan Dikembangkan
Kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan isi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan oleh Hilda Taba dalam Ali (2008) adalah:
1.      Isi kurikulum harus valid (sahih) dan signifikan (terpercaya)
2.      Isi kurikulum harus berpegang kepada kenyataan-kenyataan sosial
3.      Kedalaman dan keluasan isi kurikulum harus seimbang
4.      Isi kurikulum menjangkau tujuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
5.      Isi kurikulum harus dapat dipelajari dan disesuaikan dengan pengalaman siswa
6.      Isi kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat siswa
Isi kurikulum yang valid dan signifikan berkenaan dengan ilmu pengetahuan yang fundamental (dasar). Hal ini mencakup ide-ide pokok atau teori-teori kontenporer dari suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu. Burner dalam Ali (2008), mengistilahkannya dengan struktur dari suatu disiplin ilmu pengetahuan. Menurutnya dengan mempelajari struktur ilmu pengetahuan, akan dicapai tingkat kemampuan yang lebih baik, karena hal ini mempunyai nilai transfer yang lebih luas.
Pertanyaan yang muncul dengan hal ini adalah, bagaimana menentukan bahwa suatu bahan pelajaran sebagai isi kurikulum itu merupakan struktur ilmu pengetahuan. Maka yang mengetahui hal ini adalah orang yang betul-betul ahli dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Oleh karena itu selayaknya dalam menentukan isi kurikulum yang valid dan signifikan bantuan ahli itu sangat diperlukan selain itu isi kurikulum harus sesuai dengan berbagai kenyataan yang terjadi di lingkungan sosial.
Kriteria lain tentang isi kuriklum adalah adanya keseimbangan antara kedalaman dengan keluasan. Ini mengandung pengertian bahwa isi kurikulum harus mempunyai ruang lingkup atau (scope) yang keluasannya seimbang dengan kedalamannya. Keluasan ruang lingkup banyak berkaitan dengan banyaknya pengalaman belajar yang dapat dicapai, serta banyaknya bahan pelajaran yang dapat dipelajari. Sedangkan dalamnya isi berkaitan dengan kemampuan atau penguasaan bahan pelajaran itu.
Isi kurikulum dikembangkan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan mencakup berbagai aspek perubahan perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa, baik pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Maka dengan demikian suatu bahan yang menjadi isi kurikulum harus dapat menjangkau aspek-aspek perilaku yang dapat dicakup dalam tujuan. Tidak semata-mata mencakup suatu jenis tujuan atau satu aspek perilaku.
Kriteria bahwa isi kurikulum harus dapat dipelajari siswa mengandung pengertian luas. Hal ini terutama berkaitan dengan urutan bahan. Secara psikologis tingkat-tingkat perkembangan individu mempunyai implikasi terhadap kemampuan mempelajari sesuatu, serta pengalaman yang dimiliki. Bila suatu bahan disususn tidak mempertimbangkan faktor psikologis seperti itu, kemungkinan terjadi suatu bahan tidak dapat dipelajari secara efektif, oleh sebab itu tidak sesuai dengan tingkat kemampuan mental atau pengalaman siswa.
Persoalan yang berkaitan dengan kehidupan individu pada umumnya menarik minat untuk dipelajari. Bahkan bila ini disadari maka akhirnya dapat menjadi kebutuhan. Isi kurikulum yang diambil dari segi-segi kehidupan dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat untuk dipelajari. Hal lain berkenaan dengan kebutuhan ini dapat ditinjau dari sudut kajian psikologis. Berdasarkan kajian psikologis kebutuhan individu itu berbeda-beda secara individual. Namun demikian pada umumnya kebutuhan itu dapat digeneralisasikan.
F.     Pengembang Kurikulum
Menurut Sukmadinata (2010), dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak piahak yang turut berpartisipasi yaitu, administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, orang tua murid dan tokoh masyarakat namun gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum, karena dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.
1.      Peranan para administrator pendidikan. Para administrator pendidikan terdiri atas : direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum. administrator tingkat psat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di Perguruan Tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para administrator daerah (kepala kantor wilayah) dan administrator lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah) mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Para kepala sekolah berwenang membuat oprasionaliasi sistem pendidikan pendidikan pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Walaupun guru dapat mengembangkan kurikulum itu sendiri, tetapi dalam pelaksanaannya sering harus didorong dan dibantu oleh para administrator. Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di kelas. Peranan kepala sekolah juga penting didalam hal ini karena kepala sekolah merupakan figur sentral di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi suasana sekolah dan pengembangan kurikulum.
2.      Peranan para ahli. Pengembang kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi atau disiplin ilmu. Mengacu pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah, baik kebijaksanaan pembangunan secara umum maupun pembangunan pendidikan, perkembangan tuntutan masyarakat, dan masukan-masukan dari pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang sedang berjalan, para ahli pendidikan dan kurikulum memebrikan alternatif konsep pendidikan dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan tuntutan di atas. Pengembang kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi atau bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran dalam sekuens yang sesuai struktur keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
3.      Peranan guru. Peran guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar siswa dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil- hasil penilaian demikian akan sangat mebantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga dapat membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru. Guru bukan hanya berperan sebagai guru di dalam kelas, ia juga belajar, pencoba, penyusun organisasi, manajer sistem pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Guru juga berperan sebagai pelajar dalam masyarakatnya, sebab ia harus selalu belajar struktur sosial masyarakat, nilai-nilai utama masyarakat, pola-pola tingkah laku dalam masyarakat. Hal-hal di atas diperlukan untuk mempersiapkan guru dalam berbagai situasi dan kegiatan pendidikan. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pulalah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi siswanya. Berkat keahlian, keterampilan dan kemampuan seni dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.


4.      Peranan orang tua murid. Perana orang tua dalam pengembangan kurikulum berkenaan dengan dua hal yaitu:
1.      Dalam penyusunan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada orang tua yang mungkin cukup waktu.
2.      Dalam pelaksanaan kurikulum. Peran orang tua lebih besar pada ranah pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama antara sekolah, guru dan orang tua. Sebagaian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anak di rumah. Orang tua juga secara berkala menerima laopran kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya. Rapor juga termasuk salah satu alat komunikasi tentang program atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Orang tua juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan guru dan orang tua, pameran sekolah dan sebagainya. Kegiatan-kegitan tersebutlah yang nantinya akan menjadi suatu umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.
G.    Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum
Artikulasi dalam pendidikan berati kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar. untuk meralisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. bila artikulasi dilaksanakan dengan baik akan terwujud kesinambungan pengalaman belajar sejak TK sampai perguruan tinggi, juga antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya secara horizontal. Tanpa artikulasi akan terdapat kegamangan baik dalam isi, metode, maupun perhatian terhadap perkembangan anak.
Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerjasama dari berbagi pihak yaitu para administrator pendidikan, kepala sekolah, TK sampai rektor universitas, guru-guru dari setiap jenjang pendidikan, orang tua murid, dan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam mengusahakan artikulasi kurikulum tersebut murid pun perlu dimintakan pendapatnya tentang hubungan pelajaran yang satu dengan yang lainnya, hubungan antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. hal itu disebabkan beberapa hal yaitu adalah kurangnya waktu, kekurangsesuaian pendapat baik dengan kepala sekolah maupun dengan guru lainnya atau dengan administrator, kemudian karena kurangnya kemampuan dalam pengetahuan guru itu sendiri.
Hambatan lainnya datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan dari masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Kurikulum juga memerlukan fakta dan pemikiran dari masyarakat. Dalam segi pembiyayaan kurikulum juga membutuhkan biaya dalam kaitannya dengan kegiatan eksperimen baik metode, isi, atau sistem secara keseluruhan yang tidak dipungkiri membutuhkan biaya yang tidak sdikit.


BAB III
KESIMPULAN
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun kreativitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip yang berupa bahan pelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran, mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan, dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak piahak yang turut berpartisipasi yaitu, administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, orang tua murid dan tokoh masyarakat namun gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum, karena dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.