BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
mempunyai tujuan terhadap masa yang akan datang, maka manusia selalu menghadapi
tantangan yang semakin berat begitupun pendidikan yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan manusia sebagai budaya dimana melalui pendidikan manusia
mengenal peradapan masa lalu, turut serta dalam peradaban masa sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Pendidikan tidak pernah surut dengan
persoalan, semakin besar tantangan semakin bertambah persoalan yang menuntut
penyelesaian scara tepat, terarah, dan sistematis. Maka sangat pentinglah peran
pengembangan kurikulum sebagai suatu kerangka sistematis dan dinamis di dalam
pembelajaran, karena dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pandangan
dan kecenderungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi kepentingan pokok.
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemampuan memilih isi dan bahan kurikulum
yang berkualitas tidak hanya akan mempengaruhi apa yang dipelajari siswa,
melainkan juga bagai mana mereka mempelajarinya. Isi kurikulum merupakan
komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.
Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap
mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi
maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
BAB II
ISI
A. Prinsip-Prinsip Pengembangan
Kurikulum
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disedikan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli
pendidikanatau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan,
pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan
maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan dalam proses
pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Kelas
merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. di sana semua
konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji
dalam bentuk perbuatan yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan
hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut
seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu gurulah pemegang kunci
pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. dialah sebenarnya perencana, pelaksana,
penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan
memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa
secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
1. Prinsip-Prinsip Umum
Ada beberapa prinsip
umum dalam pengembangan kurikulum (Sukmadinata, 2010 : 150) yaitu :
A.
Prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,
yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi
ke luar maksudnya tujian, isi, dan proses belajar yang tercakup pada kurikulum
hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.
Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Apa
yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk tugas
tersebut. Kurikulum bukan hanya menyiapkan anak untuk kehidupannya sekarang
tetapi juga yang akan datang. Kurikulum juga harus mempunyai relevansi di dalam
yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum yaitu
antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi internal ini
menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.
B.
Prinsip fleksibelitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau
fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan
datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latarbelakang dan
kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang yang
berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan
latar belakang anak.
C.
Prinsip kontinuitas. Kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan
proses belajr anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus
dan tidak terhenti. Oleh karena itu, pengalaman–pengalaman belajar yang
disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas
dengan kelas laiinya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
D.
Prinsip praktis. Praktis atau juga mudah dilaksanakan, menggunakan
alat-alat sederhana dan biayanya murah. Prinsip ini juga disebut prinsip
efisiensi. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
E.
Prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus sederhana ataupun
murah namun keberhasilannya harus tetap diperhatikan. Keberhasilan kurikulum
ini baik secara kualitas maupun kuantitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak
dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan.
Perncanaan dibidang pendidikan juga merpakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan.
Kurikulum
pada dasarnya berintikan empat dasar utama yaitu: tujuan pendidikan, isi,
pengalaman belajar dan penilaian. Interelasi antara keempat aspek tersebut
serta antara aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu selalu
mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum.
Menurut Tyler dalam Ali ( 2008),
mengemukakan bahwa prinsip umum dalam memilih pengelaman belajar yang akan
dijadikan isi kurikulum sebagai berikut:
A.
Untuk tujuan yang hendak dicapai siswa
harus mempunyai pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepadanya untuk
memperaktekan jenis perilaku yang dimaksudkan dalam tujuan. Dengan demikian,
bila tujuan itu mengharapkan agar siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan
masalah kesehatan misalnya, maka pengalaman belajar harus memberi kesempatan
kepada siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah kesehatan, serta
memperaktekan pemecahan masalah kesehatan dalam situasi yang nyata.
B.
Pengalaman belajar harus memberi
kepuasan kepada sisiwa melalui pelaksanaan atau penampilan perilaku sebagaimana
dikehandaki dalam tujuan. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bentuk-bentuk
pengalaman belajar yang menuntun siswa menggunakan cara terbaik dalam
menampilkan bentuk perilaku itu. Dalam memecahkan masalah kesehatan misalnya,
di samping dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan memecahkan, juga
kemampuan untuk menggunakan cara terbaik dalam memecahkan masalah kesehatan
itu. Ini akan memberi kepuasan dalam menampilkan bentuk perilaku sebagaimana
dikehendaki dalam tujuan.
C.
Pengalaman belajar harus dalam batas
kemungkinan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses memperolehnya. Ini
dapat terjadi bila dalam menentukannya diperhitungkan tentang batas kemampuan
siswa, baik secara psikologis maupun secara akademis.
D.
Banyak bentuk pengalaman belajar yang
dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan tetrtentu. Pengalaman belajar ini
hendaknya diseleksi sehingga dengan kriteria tertentu dapat dipilih yang
dipandang paling cocok untuk dilaksanakan.
E.
Pengalaman belajar hendaknya di samping
dapat diupayakan untuk mencapai suatu jenis perilaku dalam tujuan, juga secara
bersamaan dapat memberi kemungkinan kepada sisiwa mengembangkan kemampuan lain.
2. Prinsip-Prinsip Khusus
Memilih
isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan
para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal (Sukmadinata,
2010) :
a.
Perlu penjabaran tujuan
pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar.
b.
Isi materi pelajaran harus menyeluruh meliputi
segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
c.
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam
urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan,
sikap, dan keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.
untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan
tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum
1.
Perguruan tinggi. Kurikulum minimal
mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua,
dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyipan guru-guru di
Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kempendidikan). Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. perkembangan teknologi selain
menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media
pendidikan. Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi
pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan
dari guru-guru yang dihasilkan. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun
bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi
pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
2.
Masyarakat. Sekolah merupakan bagian
dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai
bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di
sekitarnya.
3.
Sistem nilai. Dalam kehidupan masyarakat
terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai
politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat bertanggung jawab juga dalam
pemeliharaan dan penerusan sistem nilai-nilai. Sistem nilai yang dipelihara dan
diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. masalah utama yang
dihadapi oleh pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah bahwa dalam
masyarakat nilai itu tidak satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset.
Masyarakat memiliki kelompok-kelompok etnis, kelompok vakasional, kelompok
sosial dan lain-lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam
mengajarkan nilai yaitu:
a.
Guru hendaknya mengetahui dan
memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat.
b.
Guru hendaknya berpegang pada prinsip
demokrasi, etis, dan moral.
c.
Guru menjadikan dirinya sebagai teladan
yang patut ditiru.
d.
Guru menghargai nilai kelompok-kelompok
lain.
e.
Memahami dan menerima keragaman
kebudayaan sendiri.
C. Prosedur Pengembangan Rancang
Bangun Kurikulum
Dalam
pengembangan suatu kurikulum terdapat prosedur yang harus dilewati secara
sistematis. Kurikulum berisi komponen-komponen tujauan, isi atau materi,
organisasi pengalaman belajar serta evaluasi. Rancang bangun kurikulum yang
merupakan pola umum yang menggambarkan keberadaan substansi atau sosok
kurikulum, memetakan komponen-komponen itu dalam suatu susunan tertentu.
Pemetaan tersebut didasarkan atas pola pikir yang dimiliki oleh penyususn atau
pengembang kurikulum.
Perumusan
rancang bangun kurikulum bisa berbeda antara penyusun yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini muncul karena adanya perbedaan pola pikir yang
berhubungan dengan komponen-komponen mana yang termasuk kedalam kurikulum, atau
komponen-komponen mana perlu mendapatkan penekan dalam kurikulum itu. Dalam suatu sususnan yang memungkinkan kita
untuk mengkaji hubungan timbal balik antara setiap komponen.
Ranacangan
bangun yang memetakan komponen-komponen kurikulum dalam susuanan timbal balik,
memungkinkan kita untuk mengenali semua komponen dan kesusuaiannya satu sama
lain. Disamping itu pola pemetaan semacam ini dapat memandu untuk menyusun
kurikulum yang dapat memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi, seperti
menciptakan program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat atau
program yang berhasil guna dan berdaya guna. Rancang bangun itu dapat
digambarkan dalam bagan dibawah ini :
Tujuan
Isi Organisasi
Evaluasi
Rancang
bangun kurikulum di atas menggambarkan tentang pemetaan komponen-komponen
kurikulum dalam suatu susunan timbal balik. Pada rancang bangun tersebut dapat
dilihat, bahwa setiap komponen kurikulum saling berhubungan satu sama lain. Di
samping itu, rancang bangun ini menempatkan tujuan pada posisi diatas, yang
berati bahwa perumusan tujuan merupakan kegiatan pertama dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum. Garis vertikal yang merentang dari tujuan kebawah,
menghubungkannya dengan evaluasi. Ini berati, bahwa setelah perumusan tujuan
sepatutnya dirumuskan alat untuk menilai pencapaian tujauan yang sesuai. Tetapi
perlu dicatat, bahwa garis vertikal tersebut mempunyai arah timbal balik, yang
berati pula bahwa di samping tujuan berhubungan dengan evaluasi, juga evaluasi
harus sesuai dengan tujuan.
Pada
gambar di atas juga terdapat garis yang merentang dari samping, menuju kepada
komponen isi atau bahan. Garis ini pun bergerak ke dua arah. Hal ini menunjukan
bahwa tujuan juga berhubungan dengan isi, dan materi pelajaran yang menjadi isi
kurikulum harus sesuai dengan tujuan. Garis horizontal yang menghubungkan isi
dengan organisasi juga menunjukan dua arah, yang berati bahwa isi yang telah
dirumuskan sesuai dengan tujuan diorganisasi sedemikan rupa, dan organisasi
tersebut sesuai dengan sifat dari isi atau bahan pelajaran. Garis-garis dua
arah dari dan ke masing-masing komponen menunjukan bahwa setiap komponen
berhubungan satu sama lain, sehingga upaya pencapaian tujuan dapat efektif.
Persoalan
yang mungkin muncul sehubungan dengan penggunaan rancang bangun di atas adalah
tentang komponen mana yang menjadi tekanan utama dalam proses pengembangan
kurikulum. Bentuk kurikulum yang berlaku di negara kita dapat dikategorikan
kedalam kurikulum mata pelajaran, berati bahwa isi kurikulum menekankan pada
pengalaman-pengalaman pembelajaran yang berkaitan dengan mempelajari mata
pelajaran-mata pelajaran. Namun berbeda pada pendidikan anak usia dini karena
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini memakai pembelajaran terpadu atau
kurikulum terintegrasi yang disebut tematik. Dimana mereka tidak belajar mata
pelajaran tertentu seperti sains, matematika, atau seni secara terpisah namun
pembelajarannya secara menyeluruh karena didasarkan atas perbagai kajian
keilmuan PAUD bahwa anak belajar segala sesuatu dari fenomena dan objek yang
ditemui sehingga dapat memumnculkan dan mengembangkan potensi-potensi anak
secara optimal sesuai dengan karakteristik serta tahapan-tahapan kematangan
perkembangan anak. Pada organisasi semacam ini batasan-batasan antara mata
pelajaran-mata pelajaran dihilangkan, sehingga pengalaman belajar yang menjadi
isi kurikulum berpusat pada unit-unit kegiatan, yang mungkin akan dikaji dari
sudut pandang berbagai disiplin ilmu. Dengan organisasi semacam ini, keberadaan
proses belajar mengajar tidak terfokus pada mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran melainkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut hanya dijadikan
sarana untuk mendekati permasalahan yang menjadi fokus kajian. Hal ini dapat
memungkinkan setiap siswa memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan minat dan
bakatnya masing-masing dan secara psikologis dapat menjadi sarana pengembangan
pribadi yang utuh.
D. Pengembangan Isi Kurikulum
Isi
kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang
diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan para perancang kurikulum sering
mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencanakan isi kurikulum yang
relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebabnya, masyarakat senantiasa
terus berubah dan berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan
baru yang perlu dipecahkan. Sehingga akan mempengaruhi pada isi kurikulum, maka
dari itu isi kurikulum harus selalu dikembangkan. (Hamalik, 2011).
Menurut Tim Pengembang MKDK kurikulum dan
pembelajaran UPI (2002), memaparkan bahwa materi kurikulum pada hakikatnya
adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1.
Materi kurikulum berupa bahan pelajaran
yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji
oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.
2.
Mengacu pada pencapaian tujuan
masing-masing satuan pendidikan.
3.
Diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Isi
kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan
pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun kreativitas dan kegiatan
siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan (Sukiyadi, Nurhasanah, & Al Rasjid, 2006).
Menurut
Hamalik (2011) isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata
pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajar mengajar,
seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan
mata pelajaran. Pemilihan isi menekankan pada pendekatan mata pelajaran
(pengetahuan) atau pendekatan proses (keterampilan).
Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa scara optimal sesuai dengan tuntutatan dan
tantangan perkembangan masyarakat. Pengembangan isi kurikulum berupa
bahan-bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa harus memerlukan dasar
pertimbangan yang teliti. Hal yang paling utama adalah sekolah sebagai lembaga
yang akan mengantarkan siswa menuju kearah kematangan dalam arti luas.
Kematangan ini mencakup berbagai segi, baik kematangan fisik, kematangan
kognitif, kematangan mental maupun kematangan sosial.
Kematangan
fisik pada umumnya ditandai oleh kematangan dalam segi biologis, hal ini dapat
dicapai bila individu telah memasuki usia tetrtentu. Berbeda halnya dengan
kematangan kognitif, mental dan sosial. Ketiga jenis kematangan ini tidak dapat
dicapai begitu saja tanpa melalui bimbingan yang berati. Karena kematangan
kognitif menunjukan kepada kematangan intelektual, pola berpikir dan
pengambilan keputusan individu, lalu kematangan mental menunjukan kepada
kematangan emosional, dan tercapainya perwujudan pribadi secara integral.
Sedangkan kematangan sosial ditandai oleh adanya kemampuan untuk hidup secara
mandiri.
Mengantarkan
siswa menujun jenjang tersebut yang menjadi tugas sekolah sungguh merupakan
tugas yang berat. Karena untuk mencapai tujuan tersebut individu perlu
memperoleh bekal-bekal pengalaman belajar yang berati. Sedangkan kita ketahui,
akibat kemajuan dalam berbagai cabang kehidupan, menyebabkan berkembangnya
tuntutan-tuntutan hidup. Hal ini dapat membingungkan para perencana atau
pengembang kurikulum, dalam menentukan jenis pengalaman belajar apa yang
diperkirakan berate bagi kemandirian siswa setelah menyelesaikan pendidikan.
Apabila
lama waktu pendidikan cukup memadai untuk memberikan bekal-bekal pengalaman
belajar kepad sisiwa, masalah yang dihadapi tidak sebesar itu. Namun kenyataan
yang dihadapi menunjakan betapa banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh
lembaga pendidikan, sedangkan waktu yang tesedia tidak memadai. Oleh karenanya
perlu dilakukan seleksi tentang isi kurikulum, sehingga proses pendidikan di
sekolah dapat mencapai sasaran. Menurut Ali (2008 : 95), seleksi kurikulum
perlu dilakukan oleh sebab beberapa alasan yaitu:
1.
Apa yang harus dimasukan sebagai isi
kurikulum memerlukan berbagai pertimbangan dan kriteria, sehingga isi kurikulum
memadai bagi anak didik sebagai bekal dalam kehidupannya.
2.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi sangat pesat, sehingga untuk menyampaikan semua bentuk ilmu
pengetahuan kepada siswa dalam waktu sekolah yang sangat terbatas, merupakan
sesuatu yang tidak mungkin.
Atas
dasar itu, pertanyaan yang dapat diajukan dalam menentukan isi kurikulum adalah
apa yang menjadi prioritas untuk dijadikan pengalaman belajar siswa disekolah
tentang hal ini, perlu dikembangkan kriteria yang rasional untuk memilih dan
mengembangkan bentuk-bentuk pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum.
E. Kriteria Menetukan Isi Kurikulum Yang Akan Dikembangkan
Kriteria
yang dapat digunakan dalam menentukan isi kurikulum sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hilda Taba dalam Ali (2008) adalah:
1.
Isi kurikulum harus valid (sahih) dan
signifikan (terpercaya)
2.
Isi kurikulum harus berpegang kepada
kenyataan-kenyataan sosial
3.
Kedalaman dan keluasan isi kurikulum
harus seimbang
4.
Isi kurikulum menjangkau tujuan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap
5.
Isi kurikulum harus dapat dipelajari dan
disesuaikan dengan pengalaman siswa
6.
Isi kurikulum harus dapat memenuhi
kebutuhan dan menarik minat siswa
Isi kurikulum yang valid dan signifikan
berkenaan dengan ilmu pengetahuan yang fundamental (dasar). Hal ini mencakup
ide-ide pokok atau teori-teori kontenporer dari suatu cabang ilmu pengetahuan
tertentu. Burner dalam Ali (2008), mengistilahkannya dengan struktur dari suatu
disiplin ilmu pengetahuan. Menurutnya dengan mempelajari struktur ilmu
pengetahuan, akan dicapai tingkat kemampuan yang lebih baik, karena hal ini
mempunyai nilai transfer yang lebih luas.
Pertanyaan yang muncul dengan hal ini
adalah, bagaimana menentukan bahwa suatu bahan pelajaran sebagai isi kurikulum
itu merupakan struktur ilmu pengetahuan. Maka yang mengetahui hal ini adalah
orang yang betul-betul ahli dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Oleh karena itu selayaknya dalam menentukan isi kurikulum yang valid dan
signifikan bantuan ahli itu sangat diperlukan selain itu isi kurikulum harus
sesuai dengan berbagai kenyataan yang terjadi di lingkungan sosial.
Kriteria lain tentang isi kuriklum
adalah adanya keseimbangan antara kedalaman dengan keluasan. Ini mengandung
pengertian bahwa isi kurikulum harus mempunyai ruang lingkup atau (scope) yang keluasannya seimbang dengan
kedalamannya. Keluasan ruang lingkup banyak berkaitan dengan banyaknya
pengalaman belajar yang dapat dicapai, serta banyaknya bahan pelajaran yang
dapat dipelajari. Sedangkan dalamnya isi berkaitan dengan kemampuan atau
penguasaan bahan pelajaran itu.
Isi kurikulum dikembangkan berdasarkan
tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan mencakup berbagai aspek perubahan
perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa, baik pengetahuan, keterampilan
ataupun sikap. Maka dengan demikian suatu bahan yang menjadi isi kurikulum
harus dapat menjangkau aspek-aspek perilaku yang dapat dicakup dalam tujuan.
Tidak semata-mata mencakup suatu jenis tujuan atau satu aspek perilaku.
Kriteria bahwa isi kurikulum harus dapat
dipelajari siswa mengandung pengertian luas. Hal ini terutama berkaitan dengan
urutan bahan. Secara psikologis tingkat-tingkat perkembangan individu mempunyai
implikasi terhadap kemampuan mempelajari sesuatu, serta pengalaman yang
dimiliki. Bila suatu bahan disususn tidak mempertimbangkan faktor psikologis
seperti itu, kemungkinan terjadi suatu bahan tidak dapat dipelajari secara
efektif, oleh sebab itu tidak sesuai dengan tingkat kemampuan mental atau
pengalaman siswa.
Persoalan yang berkaitan dengan
kehidupan individu pada umumnya menarik minat untuk dipelajari. Bahkan bila ini
disadari maka akhirnya dapat menjadi kebutuhan. Isi kurikulum yang diambil dari
segi-segi kehidupan dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat untuk
dipelajari. Hal lain berkenaan dengan kebutuhan ini dapat ditinjau dari sudut
kajian psikologis. Berdasarkan kajian psikologis kebutuhan individu itu
berbeda-beda secara individual. Namun demikian pada umumnya kebutuhan itu dapat
digeneralisasikan.
F. Pengembang Kurikulum
Menurut
Sukmadinata (2010), dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak piahak yang
turut berpartisipasi yaitu, administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, orang tua murid dan tokoh masyarakat
namun gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum, karena dialah
sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum
sesungguhnya.
1.
Peranan para administrator pendidikan. Para
administrator pendidikan terdiri atas : direktur bidang pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan
kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat
(direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun
dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum.
administrator tingkat psat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli
bidang studi di Perguruan Tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam
penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti
tersebut para administrator daerah (kepala kantor wilayah) dan administrator
lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah) mengembangkan kurikulum
sekolah bagi daerahnya sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Para kepala sekolah
berwenang membuat oprasionaliasi sistem pendidikan pendidikan pada
masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus
menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan
dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Walaupun guru dapat mengembangkan
kurikulum itu sendiri, tetapi dalam pelaksanaannya sering harus didorong dan
dibantu oleh para administrator. Administrator lokal harus bekerja sama dengan
kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat,
serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di kelas. Peranan kepala
sekolah juga penting didalam hal ini karena kepala sekolah merupakan figur
sentral di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi suasana
sekolah dan pengembangan kurikulum.
2.
Peranan para ahli. Pengembang kurikulum
bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat,
tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi atau disiplin
ilmu. Mengacu pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah, baik
kebijaksanaan pembangunan secara umum maupun pembangunan pendidikan,
perkembangan tuntutan masyarakat, dan masukan-masukan dari pelaksanaan
pendidikan dan kurikulum yang sedang berjalan, para ahli pendidikan dan
kurikulum memebrikan alternatif konsep pendidikan dan model kurikulum yang
dipandang paling sesuai dengan keadaan dan tuntutan di atas. Pengembang
kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi atau bidang ilmu
yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tuntutan
masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang mutakhir
dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka
juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran dalam
sekuens yang sesuai struktur keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk
mempelajarinya.
3.
Peranan guru. Peran guru bukan hanya
menilai perilaku dan prestasi belajar siswa dalam kelas, tetapi juga menilai
implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil- hasil penilaian demikian
akan sangat mebantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan
dalam implementasi kurikulum dan juga dapat membantu mencari cara untuk
mengoptimalkan kegiatan guru. Guru bukan hanya berperan sebagai guru di dalam
kelas, ia juga belajar, pencoba, penyusun organisasi, manajer sistem
pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun di masyarakat dalam hubungannya
dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Guru juga berperan sebagai pelajar
dalam masyarakatnya, sebab ia harus selalu belajar struktur sosial masyarakat,
nilai-nilai utama masyarakat, pola-pola tingkah laku dalam masyarakat. Hal-hal
di atas diperlukan untuk mempersiapkan guru dalam berbagai situasi dan kegiatan
pendidikan. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pulalah yang menciptakan
kegiatan belajar mengajar bagi siswanya. Berkat keahlian, keterampilan dan
kemampuan seni dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang
aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas
anak.
4.
Peranan orang tua murid. Perana orang
tua dalam pengembangan kurikulum berkenaan dengan dua hal yaitu:
1.
Dalam penyusunan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya
terbatas kepada orang tua yang mungkin cukup waktu.
2.
Dalam pelaksanaan kurikulum. Peran orang
tua lebih besar pada ranah pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan
kerja sama antara sekolah, guru dan orang tua. Sebagaian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau
mengamati kegiatan belajar anak di rumah. Orang tua juga secara berkala
menerima laopran kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan
sebagainya. Rapor juga termasuk salah satu alat komunikasi tentang program atau
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Orang tua juga dapat turut
berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti
diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan guru dan orang tua, pameran sekolah dan
sebagainya. Kegiatan-kegitan tersebutlah yang nantinya akan menjadi suatu umpan
balik bagi penyempurnaan kurikulum.
G. Artikulasi dan Hambatan
Pengembangan Kurikulum
Artikulasi
dalam pendidikan berati kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar. untuk
meralisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh,
membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi
metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan
kurikulum. bila artikulasi dilaksanakan dengan baik akan terwujud kesinambungan
pengalaman belajar sejak TK sampai perguruan tinggi, juga antara satu bidang
studi dengan bidang studi lainnya secara horizontal. Tanpa artikulasi akan
terdapat kegamangan baik dalam isi, metode, maupun perhatian terhadap
perkembangan anak.
Untuk
menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerjasama dari berbagi pihak yaitu
para administrator pendidikan, kepala sekolah, TK sampai rektor universitas,
guru-guru dari setiap jenjang pendidikan, orang tua murid, dan tokoh-tokoh
masyarakat. Dalam mengusahakan artikulasi kurikulum tersebut murid pun perlu
dimintakan pendapatnya tentang hubungan pelajaran yang satu dengan yang
lainnya, hubungan antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya.
Dalam
pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak
pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. hal itu
disebabkan beberapa hal yaitu adalah kurangnya waktu, kekurangsesuaian pendapat
baik dengan kepala sekolah maupun dengan guru lainnya atau dengan
administrator, kemudian karena kurangnya kemampuan dalam pengetahuan guru itu
sendiri.
Hambatan
lainnya datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan
dukungan dari masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan
balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Kurikulum
juga memerlukan fakta dan pemikiran dari masyarakat. Dalam segi pembiyayaan
kurikulum juga membutuhkan biaya dalam kaitannya dengan kegiatan eksperimen
baik metode, isi, atau sistem secara keseluruhan yang tidak dipungkiri
membutuhkan biaya yang tidak sdikit.
BAB III
KESIMPULAN
Isi
kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan
pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun kreativitas dan kegiatan
siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan.
Materi
kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun
berdasarkan prinsip-prinsip yang berupa bahan pelajaran yang terdiri dari bahan
kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses
belajar dan pembelajaran, mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan
pendidikan, dan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam
mengembangkan suatu kurikulum banyak piahak yang turut berpartisipasi yaitu,
administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu
pengetahuan, orang tua murid dan tokoh masyarakat namun gurulah pemegang kunci
pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum, karena dialah sebenarnya perencana,
pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya.